TIBA DATANG TIBA AKAL''
Dalam menjalani hidup ini sebenarnya manusia diberi kebebasan dan kesempatan untuk merencanakan sendiri hidupnya, hanya saja hal tersebut lebih banyak diabaikan, karena tidak dilatih semenjak kecil untuk membuat rencana. Hidup hanya dijalani mengalir saja, tanpa ada tujuan yang direncanakan. Manusia lahir memang tergantung dari orang tua atau orang dewasa lain dalam waktu yang cukup lama, sampai mampu hidup mandiri. Berbeda dengan mahkluk hidup yang lain, begitu lahir dalam waktu singkat sudah dapat mencari makan sendiri.
Apalagi dengan tuntutan di zaman modern, manusia harus melalui proses pendidikan selama kurang lebih 16 tahun baru dapat ''mencari makan'' alias bekerja atau berusaha sendiri. Proses yang begitu lama kalau tidak dilatih untuk membuat rencana untuk masa depan, maka hidupnya hanya menyerahkan pada nasib. Padahal masa depan bisa diciptakan, melalui rencana hidup yang seharusnya dibuat sendiri oleh masing-masing manusia, bukan menyerahkan pada nasib, atau malah menyalahkan ''Tuhan'' kalau gagal hidupnya. Memang seperti disebutkan di atas, sebagian manusia tidak memiliki rencana hidup disebabkan lingkungan atau keadaan yang kurang mendukung. Ini lah yang banyak menjadi alasan bagi mereka yang tidak memiliki gairah semangat optimisme yang akhirnya dengan mudah menyerah pada keadaan atau menyalahkan pihak lain. .
Harus diakui jumlah mereka yang bisa bangkit dari keterbatasan hanya beberapa prosen saja. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa hanya kurang lebih 40% s.d. 60% saja mereka yang berasal dari keluarga miskin yang mampu keluar dari kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan terbatas atau kurangnya akses di bidang pendidikan maupun keuangan, khususnya per-bank-an atau akses kredit. Dengan keadaan yang demikian terbatas, kecil kemungkinan seseorang dapat keluar dari lingkaran setan kemiskinan, kecuali memiliki motivasi dari dalam diri sendiri, Selain itu, orang tidak menyadari pola konsumsi, dikatakan dalam suatu penelitian mengenai pola konsumsi, hanya sekitar 24% menyadari pola konsumsi mereka. Sisanya 76% tidak paham akan pola konsumsi mereka sendiri, artinya mereka tidak paham management atau pengaturan keuangan. Mereka tidak memiliki kontrol atas keuangannya, dengan membelanjakan tanpa perhitungan, karena ''tidak ada batas untuk menghabiskan.'' Demikian yang akan terjadi apabila tidak memahami cara kerja uang. Juga di sekolah cara kerja uang tidak pernah diajarkan, sehingga dapat dikatakan mereka hanya mendapat ilmu untuk bekerja bukan untuk mengelola uang hasil dari bekerja. Padahal dalam kehidupan selanjutnya setelah lulus sekolah, managemen keuangan sangat penting dalam merencanakan keuangan di masa depan.
Untuk dapat merencanakan keuangan perlu membedah bagaimana ''uang bekerja'' yaitu perputaran uang atau cashflow dengan mengatur pemasukan dan pengeluaran yang sehat. Masalah cara ''uang bekerja'' atau seluk beluk keuangan hampir tidak pernah diajarkan di sekolah seperti disebutkan di atas. Oleh karena itu, hal awal yang sebenarnya perlu dipahami dalam kehidupan nyata ialah tentang uang, dengan dasar- dasar sebagai berikut:
1. Penghasilan
Setiap manusia di zaman modern ini membutuhkan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, secara umum pendapatan atau penghasilan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Penghasilan aktif
Pendapatan yang diperoleh ketika manusia bekerja, artinya mendapatkan gaji atau bentuk lain yang diperoleh ketika manusia aktif melakukan kerja, apabila tidak bekerja maka otomatis pendapatan akan berhenti pula. Jenis pendapatan ini yang sebagian besar menjadi andalan setiap manusia. Penghasilan aktif ini sangat rawan, karena bila berhenti bekerja atau tidak lagi mampu bekerja karena alasan kesehatan dsb, dapat berakibat fatal pada sumber pemasukan. Oleh karena itu, ketika masih usia muda dan memiliki kemampuan, manfaatkan waktu dan keahlian atau skill untuk mengumpulkan penghasilan aktif, sebab seiring dengan bertambahnya usia, maka kemampuan untuk bekerja mendapatkan pemasukan aktif semakin berkurang pula.
Bila memungkinkan selagi mampu bangun beberapa sumber penghasilan aktif.
b. Passive income
LKH seorang investor saham di Indonesia berkata bahwa dirinya seorang '' sleeping investor'' atau investor tidur. Ia mendapat penghasilan meski hanya ''tidur-tidur'' saja, karena investasinya di pasar saham menghasilkan deviden dan capital gain. Dengan kata lain, tanpa bekerja aktif pun ia mendapat penghasilan. Bentuk atau jenis pendapatan atau penghasilan seperti itu disebut passive income. Jenis penghasilan ini dapat diperoleh melalui investasi di property, emas, saham, obligasi, reksa dana, crypto, on line, SUN dll. Usahakan men-deversifikasi atau aneka ragam passive income, untuk tetap menghasilkan bila salah satu jenis passive income kondisinya baru tidak menguntungkan.
c. Kapital income
Kapital income adalah pendapatan yang diperoleh karena aset yang bekerja. Pendapatan ini dapat diperoleh dengan menyewakan aset yang dimiliki, misal kost, rental mobil, rental property pesta dsb. Tetapi ada juga yang diperoleh dari royalty, misalnya nulis buku, mencipta lagu, hasil penelitian dsb. Kapital income ini merupakan pendapatan yang membutuhkan modal besar atau keahlian khusus.
Dalam hal penghasilan atau pendapatan hendaklah fokus hasilkan uang, baik yang berupa penghasilan aktif, passive income maupun kapital income. Ketiga penghasilan tersebut akan dapat mengantar Anda dalam hidup di masa depan yang lebih baik.
2. Pengeluaran
Tidak ada batas untuk menghabiskan. Ini adalah cara kerja uang yang memancing orang untuk membelanjakan bilamana ada uang di kantong atau bilamana mudah tergiur dengan iklan dan berlaku konsumtif serta gengsi. Hampir pasti berapa pun uang yang ada dapat habis. Perilaku ini yang banyak mengakibatkan manusia bertindak korup atau nekad hanya untuk memenuhi hasrat mengeluarkan uang untuk belanja yang tidak pernah ada batasnya untuk menghabiskan. Kalau ingin hidup sejahtera, sadari jenis pengeluaran yang mungkin muncul dan terapkan prioritas dalam merencanakan pengeluaran. Kesalahan utama dalam mengatur pengeluaran yang kebanyakan dilakukan adalah belanja berdasarkan pada keinginan, bukan kebutuhan, kalau ada sisa baru untuk berinvestasi. Padahal apabila memiliki perencanaan dalam pengeluaran yang sehat, maka yang pertama belanja berdasar kebutuhan, investasi sisanya berdasar keinginan (needs,, Investments, wants)
Untuk membuat perencanaan pengeluaran, secara garis besar pengeluaran dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan dasar
Manusia dalam hirarki Maslow memiliki beberapa kebutuhan, dari kebutuhan dasar sampai kebutuhan eksistensi diri. Kebutuhan dasar ini berkaitan dengan kebutuhan fisik seperti pangan sandang dan papan. Keburuhan dasar ini yang harus dicukupi, pengeluaran untuk kebutuhan ini yang menjadi prioritas. Dalam hal ini alokasikan pengeluaran untuk kebutuhan dasar sesuai dengan penghasilan atau pendapatan. Berprinsip ''hari ini makan apa?'' artinya belanja sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan. Kalau sesuai keinginan, maka ''hari ini makan dimana? ''. Bukan soal pelit atau hemat tetapi merencanakan pengeluaran untuk kebutuhan dasar 30% dari pendapatan. Mungkin banyak yang beralasan ''tidak bisa cukup kalau segitu untuk hidup'', tetapi sebaiknya tunda kesenangan masa kini untuk merencanakan masa depan.
b. Belanja atau pengeluaran untuk Investasi diri
Setiapanusia berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki skill dengan belajar melalui pendidikan formal, non formal maupun otodidak. Ini merupakan bentuk investasi diri yang dibutuhkan untuk dapat eksis di kehidupan. Oleh karena itu, pengeluaran untuk investasi diri harus mendapat prioritas, karena itu bekal utama hidup. Tanpa memiliki kemampuan atau skill menjadi tidak mudah untuk menjalani kehidupan ini. Pengeluaran untuk investasi diri harus berkelanjutan dan seumur hidup, agar nilai tambah yang dimiliki terus meningkat dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kelola pengeluaran ini dengan merencanakan pengeluaran untuk investasi diri atau nilai tambah diri yang berkelanjutan.
c. Barang Konsumtif, beli barang liabilitas bukan asset
Kadang membeli barang tidak memperhatikan fungsi, tetapi lebih mengutamakan keinginan untuk memilki dan membeli barang yang bukan merupakan aset, tetapi barang liabilitas. Pengeluaran yang sifatnya konsumtif harus dikendalikan, karena biasanya belanja konsumtif ini berdasarkan keinginan bukan fungsi atau kebutuhan. Apalagi belanja konsumtif selalu berkaitan dengan gaya hidup. Kendalikan berbelanja konsumtif, utamakan kebutuhan fungsi bukan keinginan.
d. Belanja Gaya hidup
Gaya hidup bagi masing- masing orang relatif, biasanya tergantung ''circle'' pergaulan dan pendidikan. Apabila tidak mampu mengendalikan diri belanja gaya hidup akan menggerus pendapatan, bahkan bisa jadi minus karena ''ngutang'' sebagai akibat tuntutan gaya hidup. Untuk dapat mengendalikan gaya hidup, maka cerdas lah dalam mengelola keuangan, jangan hanya ingin dikatakan ''woow'' lalu belanja gaya hidup tidak terkendali. Usahakan skala prioritas dalam pengeluaran keuangan. Seringkali orang jatuh pada perilaku korup dan suka ''ngutang'' hanya untuk memenuhi gaya hidup, padahal semua hanya sesaat saja. Kendalikan gaya hidup dalam merencanakan pengeluaran keuangan, jangan sampai berlebihan. ''Semua akan berlalu''
e. Biaya angsuran, bunga dan pajak
Pengeluaran ini hampir sebagian disebabkan oleh pengeluaran konsumtif dan gaya hidup. Oleh karena itu butuh prngketatan untuk membelanjakan pengeluaran konsumtif dan gaya hidup yang hanya akan menjerumuskan pada hutang dan beban bunga maupun pajak. Prioritaskan untuk menyelesaikan hutang agar tidak terbebani dengan pengeluaran ini. Perhatikan juga biaya pajak yang tinggi karena hanya untuk hal yang mewah misal rumah, mobil atau barang liabilitas lain bukan yang berupa aset. Kurangi beban pajak dengan mengurangi, menjual atau lebih menyederhanakan barang yang tidak fungsional. Mulai lah untuk berpikir kritis dalam pengeluaran konsumtif dan gaya hidup, apalagi pengeluaran tersebut dibiayai dengan hutang.
f. Investasi
Investasi merupakan pengeluaran yang perlu direncanakan, ada terdapat dua jenis investasi yang dapat dilakukan, yaitu
1) Investasi diri sendiri
Seperti telah diutarakan di atas, pengeluaran investasi diri ini berlangsung sepanjang hayat, manusia harus belajar dan meningkat kan nilai tambah terus agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
2) Investasi finansial
Pengeluaran investasi finansial ini untuk menyiapkan diri di masa depan agar tidak mengalami kesulitan finansial. Pengeluarsn investasi finansial ini perlu direncanakan dengan sebaik baiknya dan dilakukan secara bertahap dan rutin. Dengan kemajuan teknologi, banyak bentuk pilihan investasi yang mudah dilakukan seperti investasi emas, saham, deposito, reksa dana, crypto, property, dsb. Dalam hal investasi finansial, bagi yang berpenghasilan tetap lakukan setiap bulan secara rutin dengan menyisihkan pendapatan untuk investasi, baru sisanya untuk pengeluaran lain. Jangan dibalik, ada sisa baru investasi. Sedangkan bagi yang penghasilannya tidak tetap, lakukan investasi apabila mendapat penghasilan. Intinya jangan lewatkan setiap pendapatan minimal 20% untuk pengeluaran investasi finansial. Bahkan yang ekstrem 50 sd 70 prosen dialokasikan untuk investasi, yang bentuknya dapat dikatagorikan dalam investasi pendidikan, investasi kesehatan, investasi hari tua dll.
Dengan mengetahui berbagai macam pengeluaran, coba lah untuk mengidentifikasi pengeluaran yang ada, apakah masih banyak pengeluaran yang tidak penting yang hanya bersifat konsumtif dan gaya hidup. Atau kah masih banyak pengeluaran yang sebenarnya dapat dikendalikan atau dikurangi dan dialihkan untuk investasi. Buatlah prioritas pengeluaran dan berusaha lah sederhana dan berhemat dengan lebih mementingkan investasi.
Tulisan ini sebagai bahan refleksi bagi yang telah melewati usia produktif, apakah ternyata selama ini sudah memahami cara kerja uang? Tentu masing-masing dari kita dapat mengukur diri sendiri seberapa jauh memahami cara kerja uang. Mungkin kita telah melewati pengetahuan tersebut di masa produktif dan ada penyesalan kenapa baru tahu sekarang. Namun tidak ada salahnya pengetahuan tersebut ditularkan pada generasi berikut anak cucu yang masih memiliki peluang. Pengetahuan tentang cara kerja uang, hampir dapat dipastikan tidak diajarkan di sekolah. Kalau diperhatikan kurikulum sekolah, hanya mengajarkan bagaimana menjadi seorang pekerja yang baik, bukan menjadi pengusaha yang harus memiliki dasar kemampuan mengelola keuangan. Sedangkan bagi kaum muda kiranya dapat menjadi bahan masukan, agar tidak menyesal setelah melewati masa produktif. Rencanakan hidup masa depan sejak sekarang, jangan ''tiba datang tiba akal, '' yang artinya segala sesuatu tidak direncanakan, sehingga begitu masalah dihadapi atau datang, baru cara akal untuk menyelesaikan. ''Tanam pohon dari sekarang, maka 5-10 tahun lagi Anda akan menikmati buahnya''', tidak ada yang instan. ''Sesal kemudian tidak berguna.'' , kenapa baru sekarang tahu cara kerja uang, waktunya sudah lewat, tetapi bagi kaum muda kiranya tulisan ini bermanfaat. Tidak ada kata terlambat. Hidupmu adalah tanggung jawabmu. Rencanakan sejak dini masa depan dan bertanggung jawab lah atas diri sendiri dan keluarga Anda. Salam waras
Toraja, 23 Juni. 2024
Rahayu. Rahayu, Rahayu
Kusumo Pawiro Danu Atmojo Jayadiningrat