Menyenangkan ataupun membahagiakan orang lain meskipun hati sedang susah merupakan tantangan dalam melayani dan berbagi kasih. Tidak mudah melakukan tindakan tersebut tanpa didasari dengan ketulusan kasih sayang. Siapa yang dapat menyenangkan dan membahagiakan orang lain meskipun hidupnya sendiri susah? Hanya seorang ibu yang dapat melakukan tindakan itu, atau orang yang memiliki hati ''malaikat''. Dapat dikatakan mustahil kalau ada manusia yang mampu melakukan tindakan menyenangkan atau membahagiakan orang lain, ketika diri sendiri susah. Tetapi ketidak mungkinan tersebut menjadi mungkin apabila seseorang sudah menemukan kembali makna hidup. Mereka telah sampai pada titik pencarian makna hidup dengan menjadi berkat bagi sesama dan semesta. Tentu jumlah mereka dapat dihitung dengan jari seperti mother Teresa atau Bunda Teresa, yang mewakafkan hidupnya untuk orang sakit, miskin dan tidak diperhatikan disebutkan bahwa ''Belas Kasih dan Empati: Bunda Teresa adalah contoh nyata dari seorang yang penuh belas kasih dan empati terhadap orang yang menderita. Ia mengajarkan kita pentingnya melihat dan merasakan penderitaan orang lain dan meresponsnya dengan tindakan konkret ''
Apakah manusia langka tersebut masih akan ada di peradaban baru di zaman digitalisasi, kecerdasan buatan, dan robotic?
Setiap zaman akan lahir dan hadir manusia langka yakni manusia berhati ''malaikat''. Lihat saja hadirnya kepercayaan atau agama yang dimotori oleh mereka yang memiliki pemikiran lain daripada manusia rata-rata atau kebanyakan. Mereka hadir merombak cara pikir manusia pada zamannya dengan gaya dan versi masing-masing. Begitu pula di peradaban baru nanti akan lahir dan hadir manusia langka. Mungkin saat ini manusia tersebut sudah lahir, tetapi baru akan hadir memunculkan dirinya pada era peradaban baru yang sudah tidak terlalu lama lagi. Siapa kah dia? Dia adalah manusia yang akan melahirkan ''miniatur surga'' di tengah-tengah dunia. Surga yang dulu hanya sebagai angan-angan atau narasi yang dibawa oleh para manusia pioner, akan dihadirkan dalam kenyataan kehidupan di semesta ini. Hadir di atas bumi seperti di dalam surga. Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Itu pertanyaan skeptis manusia yang tidak paham akan transfer semesta dalam kehidupan ini. Bahwa semesta beserta isinya akan terus berevolusi menuju kesempurnaan yang tak terbatas.
Para pemikir yang memiliki kemampuan di atas rata-rata yang memperjuangkan kemanusiaan tentu memiliki pribadi yang adaptif dengan teknologi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), akan mengusahakan hadirnya kehidupan yang ''memanusiakan manusia''. Di era peradaban baru yang penuh dengan persaingan dan ''de-manusiawi'' alias ketidak manusiaan, lahir pemikir yang punya terobosan baru untuk mengubah cara pikir manusia pada era peradaban baru. Pemikirannya sederhana saja, tetapi mampu menjungkir balikkan manusia yang hanya berpikir tentang kecerdasan buatan untuk mendukung mereka hidup lebih nyaman dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kecerdasan buatan yang diprediksi akan mengalahkan dan menggantikan manusia dalam tata kehidupan. Bisa ya, tetapi bisa juga tidak. Sejarah bumi memang silih berganti siapa yang menjadi penguasa, dari mulai bakteri yang menguasai bumi pada awal kelahiran bumi, lalu ada zaman dinosaurus sebagai mahkluk yang mendiami dan menguasai bumi selama jutaan tahun, baru pada sekitar 350 ribu tahun lalu hadir manusia yang sedikit demi sedikit menjadi penguasa di bumi. Akan kah era manusia berakhir dan digantikan oleh kecerdasan buatan?
Tentu secara hukum alam siapa saja akan bertahan untuk tetap hidup, maka manusia juga tidak akan begitu saja menyerah dengan berkembangnya kecerdasan buatan. Pemikir kemanusiaan yang hadir tetap akan terus berusaha mempertahankan kemanusiaannya, dengan melakukan langkah mengendalikan kecerdasan buatan untuk tunduk pada manusia, bukan manusia tunduk pada kecerdasan buatan. Sekarang masih menjadi kekhawatiran kecerdasan buatan akan mengalahkan manusia, tetapi kita harus yakin bahwa manusia juga memiliki kemampuan yang lebih untuk menciptakan sesuatu yang melebihi kemampuan kecerdadan buatan. Saat ini belum terpikirkan seperti apa dan bagaimana manusia akan mengendalikan kecerdasan buatan, tetapi dengan berkaca pada sejarah perjalanan hidup manusia yang mampu menaklukkan semesta, tentu ada cara yang tak terduga. Manusia adalah mahkluk yang terus berusaha untuk menyempurnakan kehidupan ini, agar dunia menjadi ''miniatur surga.''
Menghadapi hadirnya peradaban baru yang mengandalkan digitalisasi dan kecerdasan buatan, dimana manusia yang menciptanya, karena manusia lah yang memprogram kecerdasan buatan dan sistem digitalisasi. Namun bukan berarti manusia abai dengan kemungkinan dikalahkan oleh kecerdadan buatan maupun digitalisasi, tetapi harus berjalan beriringan dalam proses penyempurnaan kehidupan itu sendiri. Bagaimana manusia yang dibekali dengan pikiran yang mampu berpikir melompat lebih jauh melangkah dibanding dengan kecerdasan buatan. Mungkin ini yang perlu dipikirkan manusia di masa depan, dalam persaingan dengan AI atau kecerdasan buatan akan tetap dimenangkan oleh manusia, yang akan terus berusaha memimpin semesta.
Sudah menjadi tanggung jawab manusia yang telah membuat kecerdasan buatan untuk terus berusaha mempertahankan eksistensi nya. Kecerdasan buatan adalah bikinan manusia, sebagai bagian dari evolusi manusia yang berkelanjutan menuju kesempurnaan tak terbatas, jangan sampai manusia dikalahkan. Generasi muda atau biasa disebut GenZ yang akan hidup di peradaban baru atau masa mendatang harus menyiapkan diri untuk mampu menghadapi kecerdasan buatan dan digitalisasi. Sejak sekarang Anda harus adaptif dengan teknologi yang berdasar pada kecerdasan buatan dan digitalisasi. Belajar, belajar dan belajar adalah kunci memasuki peradaban baru, tanpa hal tersebut Anda akan tersingkir atau disingkirkan, hanya menjadi manusia yang masuk pada katagori 95% bukan manusia pilihan pwradaban baru yaitu masuk kategori 5%. Dengan masuk kategori 5% Anda akan menjadi bagian peradaban baru yang dapat menggunakan kecerdadan buatan dan digitalisadi untuk bertahan hidup lebih lama dan nyaman, yang merupakan tujuan dasar manusia. Menjadikan hidup di atas bumi seperti di dalam surga, ciptakan ''miniatur surga'' sejak sekarang. Tidak perlu khawatir dengan masa depan, tetapi bertindaklah mulai sekarang untuk masa depan. Salam waras.
Toraja, 01 Juni 2024
Rahayu. Rahayu, Rahayu
Kusumo Pawiro Danu Atmojo Jayadiningrat