SPIRITUALITAS PANCASILA
Sebagian besar orang muda di Nusantara tidak tahu bahwa Nusantara memiliki spiritualitas yang sangat tinggi dan berlaku universal. Spiritualitas warisan leluhur bangsa Nusantara ini hanya dihayati oleh kalangan terbatas saja, itupun masing-masing orang menemukan sendiri setelah melakukan perjalanan panjang dalam ber spiritual, yakni mencari makna kehidupan. Akhirnya setelah sampai pada kesadaran tertentu dengan sendirinya muncul dan menemukan sendiri, karena spiritual warisan leluhur Nusantara ini sudah ada dalam diri gen DNA masing-masing manusia Nusantara, hanya tinggal menemukan dalam diri, dan dengan sendirinya akan muncul. Hanya mereka yang telah melakukan pencarian spiritualitas sejati akhirnya akan menemukan dan mulai menyadari bahwa warisan leluhur Nusantara amat sangat dahsyat. Spiritualitas Nusantara akan mengubah peradaban dunia menjadi peradaban baru dunia, yang akan membawa masyarakat dunia menjadi satu keluarga dalam menyejahterakan umat manusia dan memajukan peradaban dengan ilmu pengetahuan teknologi dan Artificial Intelligence yang tinggi. Bukan lagi bersilat lidah tentang kebenaran yang tidak ada ujungnya.
Sayangnya warisan leluhur Nusantara tidak banyak diketahui oleh anak muda bangsa Nusantara, karena tertutupi dengan nilai dari luar yang begitu diagung-agungkan. Bahkan sampai menganggap Spiritualitas Nusantara sebagai 'klenik' dan 'syrik' yang harus dijauhi. Padahal karena toleransi dan penerimaan yang tinggi terhadap budaya luar, keyakinan dari luar dapat masuk ke Nusantara. Begitu terbukanya bangsa Nusantara, maka nilai budaya keyakinan dari luar dapat bertumbuh dan bersinergi di bumi Nusantara. Setelah bertumbuh di bumi Nusantara sekarang berbalik merendahkan spiritualitas Nusantara, yang telah mengakar dan lahir dari bumi Nusantara. Selain itu, ada gerakan yang membelokkan spiritualitas Nusantara di zaman kolonial yang semakin menjadikan spiritualitas Nusantara tersisih di negerinya sendiri. Tulisan sederhana ini hanyalah sekelumit kecil dari seorang yang resah akan kondisi spiritualitas Nusantara, yang digali oleh para leluhur sebagai Spiritualitas Pancasila yang merupakan puncak spiritualitas universal, yang saat ini sedikit banyak dilupakan.
Puncak dari spiritualitas yang dicari banyak orang di dunia adalah ketika menemukan Spiritualitas Pancasila, yang digali dari berbagai spiritualitas yang ada di Nusantara. Karena di dalam spiritualitas tersebut terkandung ajaran luhur yang menyangkut Sang Kasih yang merasuk dalam seluruh elemen semesta. Menggali Spiritualitas Pancasila dimulai dari nilai-nilai luhur warisan leluhur Nusantara yang bertebaran di semua suku, adat dan budaya yang amat beragam, tetapi ada satu benang merah yang dapat ditarik dari semua nilai yang ada pada setiap peradaban yang dilalui oleh para leluhur Nusantara. Dengan demikian Spiritualitas Pancasila benar-benar asli dan berakar dari bumi Nusantara, yang cocok secara universal untuk dunia. Bagaimana bisa hal tersebut terjadi? Bagaimana pula Spiritualitas Pancasila akan mendunia? Bagaimana inti ajaran Spiritualitas Pancasila? Bagaimana cara ritual Spiritual Pancasila? Apa yang menjadi kitabnya? Siapa nabinya?
Namun sebelum membahas makna spiritualitas Pancasila maka pengertian spiritualitas banyak didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:
''1) Parks
Spiritualitas sebagai sebuah pencarian personal untuk menjadi berarti, transenden, menyadari keseluruhan jiwa, mencari tujuan, dan memahami spirit sebagai yang menghidupkan esensi pada hidup.
2) Dewit-Weaver (dalam McEwen, 2004)
Spiritualitas sebagai bagaian dari dalam diri individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan serta dapat menyatu dengan nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dengan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan, dan keterhubungan.
3) Reed
Spiritualitas juga didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk membuat dan mencari makna melalui rasa keterhubungan pada dimensi yang melebihi diri sendiri (Reed, dalam McEwen, 2004).
4) Burkhardt,
Spiritualitas adalah prinsip hidup seseorang untuk menemukan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal (Burkhardt, dalam McEwen 2004).
5)Tischler (2002)
Spiritualitas mirip dengan suatu cara yang berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu dari seorang individu. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih.
6) Larson (2003)
Spiritualitas mengacu kepada orientasi seseorang terhadap pengalaman- pengalaman transedensi atau karakteristik hakiki dari kehidupan, seperti makna, arah dan tujuan hidup, serta keterkaitannya. Kadang-kadang spiritualitas mengacu pada pencarian hal-hal suci dalam kehidupan.
7) Emmons (2003)
Spiritualitas merupakan sebuah bentuk multidimensi dan dinamis. Ia mengatakan bahwa sangatlah terlalu sederhana untuk menganggap spiritualitas sebagai tingkah laku yang pasif dan statis yang dimiliki seseorang, atau perilaku yang terikat di dalamnya, seperti ritual- ritual.
8) Friedman et al Spritualitas sebagai proses aktif dan positif yang melibatkan pencarian aktivitas-aktivitas yang mengembalikan seseorang kepada rasa keterpaduan (coherence), menuju kualitas keutuhan dan kedamaian dalam diri.
9) Piedmont (2001) Spiritualitas sebagai rangkaian karakteristik motivasional (motivational trait), kekuatan emosional umum yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku individu. Lebih jauh, Piedmont (2001) mendefinisikan spiritualitas sebagai usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan pemaknaan pribadi dalam konteks kehidupan setelah mati (eschatological).
10) Elkins, dkk (dalam Smith, 1994) Mendeskripsikan spiritualitas dari perspektif humanis dan eksistensial dengan menciptakan definisi dari tulisan- tulisan Maslow, Dewey, dan Frankl tentang potensi-potensi positif manusia. Elkins, dkk. kemudian memandang spiritualitas sebagai suatu fenomena yang secara potensial berada di dalam diri setiap manusia. Menurut mereka, spiritualitas dapat diartikan sebagai jalan untuk menjadi serta mengalami kesadaran spiritual yang diperoleh melalui kesadaran dimensi transendental yang ditandai oleh nilai-nilai yang mampu diidentifikasi baik yang datang dari diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan maupun nilai-nilai yang mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan puncak (Ultimate).''
11) ''Beberapa ahli menyamakan konsep spiritualitas dengan agama atau praktik-praktik keagamaan (Emblen & Halstead, 1993; dalam Smith, 1994). Menurut mereka, spiritualitas tidak bertentangan dengan agama, tetapi spiritualitas merupakan fenomena yang lebih inklusif. Bagi beberapa individu, spiritualitas bisa dihubungkan serta diungkapkan melalui agama formal, sedangkan bagi sebagian individu yang lain, spiritualitas dianggap tidak berkaitan dengan keyakinan- keyakinan keagamaan ataupun afiliasi keagamaan yang lainnya (Elkins, et al. 1998, dalam Smith 1994).''
Dari berbagai pengertian atau definisi para ahli tersebut dan
kita mengambil makna spiritual dari kata asalnya, maka dikatakan bahwa: ''Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti “semangat, jiwa, roh, sukma, mental, batin, rohani dan keagamaan”. spiritualitas sebagai ''pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas.''
Maka kita dapat mengambil suatu garis besar bahwa spiritualitas meliputi aspek dalam diri manusia yang menjadi satu kesatuan dalam:
a) Pikiran, mindset
b) Pemaknaan kehidupan
c) Nilai-nilai, moralitas, kemanusiaan sebagai tujuan utama mencapai kedamaian
d) Ter manifestasi kan dalam tindakan yang terbuka, memberi, dan penuh kasih.
Pemahaman ini yang akan dijadikan acuan dalam membahas Spiritualitas Pancasila.
Dalam konteks Spiritualitas Pancasila, diambil dari pengertian Pancasila yang antara lain diartikan sebagai berikut:
''1. Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.'' Wikipedia
2. Secara harfiah, “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “panca” yang berarti lima, dan “sila” yang berarti prinsip atau dasar. Oleh karena itu, “Pancasila” dapat diterjemahkan sebagai “Lima Prinsip” atau “Lima Dasar”.
3. Arti Pancasila Bagi Bangsa Indonesia yaitu sebagai landasan kokoh yang mengukuhkan identitas kolektif kita. Sebagai pilar utama negara dan panduan bagi pembangunan,
4. Pancasila meresap dalam setiap aspek kehidupan kita. Melalui Pancasila, kita meneguhkan persatuan di tengah keragaman budaya, suku, dan agama yang kaya.
5. Pancasila tak hanya menawarkan paradigma politik, tetapi juga nilai-nilai moral yang melingkupi keberagaman kita. Ia menegaskan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat, dan demokrasi adalah panggilan kita untuk berpartisipasi dalam perencanaan masa depan kita sendiri.
Di dalam Pancasila, kita menemukan konsep keadilan sosial yang mengusung ideal pemerataan hak dan kesejahteraan. Ini membuktikan bahwa tak ada perbedaan yang mampu merampas martabat seseorang.''
Dengan mengacu pada pengertian di atas, maka dalam Pancasila terkandung pengertian
a) Prinsip, dasar, asas yang jumlahnya lima
b) Pedoman hidup
c) Identitas kolektif
d) meresap dalam semua aspek kehidupan
e) sebagai nilai moral
Dalam konteks Spiritualitas Pancasila, maka Pancasila dapat diartikan sebagai "Lima prinsip atau pedoman hidup yang menjadi identitas kolektif manusia Nusantara dan meresapi seluruh aspek kehidupan sebagai nilai moral'
Dengan demikian Spiritualitas Pancasila merupakan ''Pemaknaan kehidupan dengan landasan berpikir pada lima prinsip atau pedoman hidup yang menjadi identitas kolektif manusia Nusantara dan meresapi seluruh aspek kehidupan sebagai nilai moral', nilai kemanusiaan yang ter manifestasi dalam tindakan yang terbuka, memberi, dan penuh kasih.''
Pengertian ini yang selanjutnya menjadi acuan dalam pembahasan mengenai Spiritualitas Pancasila, yang kiranya akan dapat menjawab berbagai pertanyaan seputar Spiritualitas Pancasila
Oleh karena itu, terdapat beberapa tulisan di bawah ini yang sedikit menguraikan pokok-pokok nilai-nilai luhur warisan Nusantara mengenai Spiritualitas Pancasila sebagai berikut:
1. Nilai yang terkandung dalam Spiritualitas Pancasila
Dalam Spiritualitas Pancasila terkandung nilai-nilai luhur yang sifatnya universal dan mendasar bagi tata kehidupan manusia di dunia ini. Nilai-nilai luhur tersebut satu dengan yang lain saling kait mengait dan tidak bisa dipisahkan atau ditinggalkan untuk terwujudnya tata dunia yang damai, adil dan penuh kasih. Nilai-nilai kehidupan tersebut terangkum dalam lima prinsip yang menjadi identitas luhur manusia nusantara yang telah lama ada, tetapi tidak dimunculkan, karena tergerus oleh nilai-nilai baru dari luar yang disebarkan secara masif dan terstruktur. Bahkan nilai nilai tersebut berlaku universal, tidak terbatas pada bangsa Nusantara. Meskipun demikian nilai-nilai luhur Nusantara tidak akan pernah musnah atau hilang, karena pada dasarnya nilai-nilai baru yang datang dari luar tersebut hanya salah satu nilai dari lima nilai luhur bangsa Nusantara, yang bilamana nilai dari luar tersebut bila didalami lebih lanjut akan kembali ke awal mula nilai-nilai peradaban yang ada di Nusantara.
Nilai-nilai luhur Nusantara yang dinamakan Spiritualitas Pancasila tersebut adalah sebagai berikut:
a) Berketuhanan yang berarti memiliki sifat-sifat 'Tuhan' yaitu Kasih menjadi landasan utama dalam Spiritualitas Pancasila yang diimplementasikan dalam nilai-nilai kehiduoan. Orang berkeyakinan atau beragama hanya sampai pada dogma, doktrin dan ritual saja. Dengan Spiritualitas Pancasila yang mendudukkan ber ketuhanan pada nilai dasar atau fundamental, menunjukkan bahwa manusia tidak hanya berhenti beragama, tetapi harus ber spiritual yakni memberi makna kehidupan pada tujuan yang tinggi luhur dan utama yang ditunjukkan dalam 'welas asih' untuk semua mahkluk hidup tanpa membeda-bedakan.
Berketuhanan berarti dalam pikiran, sikap, sifat, karakter, tindakan, perbuatan dilakukan dengan 'welas asih' atau penuh cinta kasih, karena dirinya sudah ''Manunggal ing Kawulo Gusti', sudah menyatu antara diri dan Sang Maha Hidup. Menjadi manusia paripurna, lihat kembali tulisan '' Membaca Semesta''
b) Berperikemanusiaan
Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan, merupakan nilai luhur dari Spiritualitas Pancasila, dimana berpeikemanusiaan sexara adil dan beradab. Artinya berlaku adil, kalau mau diperlakukan seperti yang diinginkan, maka perlakukan orang lain juga demikian ingin diperlakukan. Selain itu, dalam memperlakukan orang lain harus memperhatikan nilai-nilai adab atau ke sopnanan yang berlaku dimana pun kita berada, sehingga mudah dalam menyesuaikan diri dan tidak memaksakan apa yang menjadi tata kesopanan yang berlaku di tempat lain. ''Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung''. Dengan demikian muncul saling menghargai dan menghormati tata budaya juga.
c) Persatuan
Kekuatan utama kehidupan karena adanya persatuan, apapun bentuknya. Tanpa persatuan manusia akan saling bertengkar bahkan berperang. Dalam persatuan dibutuhkan kemampuan untuk menurunkan ego masing-nasing dan mencari titik temu yang dapat menyatukan. Dalam persatuan terkandung kerendahan hati, saling menghormati dan menghargai pihak lain. Dalam persatuan ada pengikat yang menjadikan semua pihak merasa satu karena ikatan tersebut. Nilai persatuan ini akan menjadi kekuatan dahsyat dalam menghadapi persoalan kehidupan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Dalam hal ini perlu dibangun satu ikatan yang mempersatukan dan disepakati bersama sebagai landasan dasar yang menyatukan. Di sini juga dibutuhkan kesadaran untuk tidak mementingkan kelompok dan golongannya, tetapi dipilih ikatan universal. Bangsa Indonesia memiliki Sumpah Pemuda yang telah meleburkan perbedaan dalam satu ikatan teguh, bertanah air, berbahasa dan berbangsa satu Indonesia, meski tetap dalam kebhinnekaan yang berada dalam bingkai NKRI. Persatuan dalam kebhinekaan inilah yang menguatkan dalam Spiritualitas Pancasila. Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beta, tetapi tetap satu, yang akan mengikat bangsa ini tetap menghormati dan menghargai perbedaan, tetapi tidak terpecah pecah.
d) Berkerakyatan
Suara rakyat suara 'Tuhan', istilah ini ingin menyatakan bahwa suara rakyat harus didengarkan oleh siapa saja, karena hakekat rakyat adalah representasi dari mereka yang seharusnya dilayani atau menjadi subyek kehidupan, bukan hanya semata obyek kehidupan. Mengingat hal tersebut, rakyat adalah pemilik kekuasaan sebenarnya, sedangkan para penguasa adalah wakil mereka yang diberi amanah untuk menjalani tugas melayani rakyat. Dengan demikian semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin besar pula tanggungjawabnya dalam melayani rakyat, bukan sebaliknya minta dilayani.
Spiritualitas kerakyatan ini menjadikan bangsa Nusantara dalam tata pemerintahan atau kaprajan harus mengutamakan kepentingan rakyat bukan kepentingan dirinya. Sikap melayani rakyat dengan 'turun gunung' mendengarkan keluhan, kebutuhan maupun penderitaan rakyat adalah tugas yang harus dilakukan pemimpin. Spiritualitas mengutamakan rakyat ini yang menjadikan rakyat bersemangat membangun dirinya dan negaranya, karena merasa dihargai atau di'uwongke', dimanusiakan dalam kedudukannya sebagai pemilik kedaulatan.
e) Berkeadilan
Penegakan hukum merupakan salah satu cara untuk mewujudkan keadilan dalam bidang apapun. Oleh karena itu, dalam hidup ini manusia haruslah menjalankan norma hukum dengan baik, meski pun harus juga didasarkan keempat sila di atas yaitu, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan. Dengan demikian dalam menjalankan hukum tidak semata-mata ''manusia untuk hukum, tetapi hukum untuk manusia'' artinya pertimbangan hukum yang tetap mendasar pada keempat sila di atas.
Ini lah yang disebut spiritualitas yang berkeadilan, yang kadang dilupakan oleh sebagian besar orang karena hanya mementingkan diri dan kelompok. Dalam spiritualitas ini, keadilan dilihat secara 'holistik' yaitu menyeluruh dari aspek manusia dan semesta. Adil belum tentu sama, tetapi sesuai dengan porsinya, karena ''bener belum tentu pener'' artinya secara hukum benar, tetapi belum tentu tepat. Membutuhkan kearifan dan kebijaksanaan dalam menjalankan keadilan.
Lanjut....
2. Spiritualitas Pancasila dan agama....
Mino, 01 Januari 2024
Rahayu. Rahayu, Rahayu
Kusumo Pawiro Danu Atmojo Jayadiningrat