Cerita Bersambung (CerBung)
PENDEKAR DARI PUNCAK MERAPI (0106)
Oleh: Ki Kusumo P.D.A.J.
Pertempuran terus berlangsung, Gendis sudah tidak ada lawan lagi, ia pun menyarungkan pedangnya dan memperhatikwn sekeliling. Lurah prajurit masih bertempur dengan pimpinan gerombolan penyerang dan perkelahian seperti berimbang. Ibunya yakni Bibi Wardani dikeroyok lima orang dan tampaknya masih mampu mengatasi, sedangkan prajurit yang lain masing-masing menghadapi satu orang. Secsra keseluruhan pertempuran berimbang, untuk sementara Gendis berjaga-jaga kalau ada yang membutuhkan bantuan. Lurah prajurit bertempur dengan kecepatan tinggi, sebagai prajurit terlatih ia benar-benar bisa diandalkan, meskipun lawannya berbadan tinggi besar sedangkan lurah prajurit bertubuh kecil tinggi tetapi ia mampu mengimbangi semua serangan lawannya dengan gesit.
Lawannya pun menjadi frustrasi karena serangannya tidak pernah mengenai sasaran, dengan mudah lurah prajurit berkelit sambil menggunakan pedangnya untuk balik menyerang. Pertempuran makin seru ketika pimpinan gerombolan Gagak Wetan mengeluarkan suara burung gagak yang menandakan ia semakin meningkatkan serangan dengan ajian andalannya 'gagak soro' yaitu dengan menggunakan trisulanya sebagai paruh gagak. Ia berdiri dengan satu kaki kiri dan kaki kanan diamgkat ditekuk, sedangkan trisula ditangan kanan belati kecil di tangan kiri. Awalan jurus gagak soro yang disertai suara gagak yang panjang membuat bulu kuduk berdiri. Melihat posisi tersebut, lurah prajurit pun tidak tinggal diam, ia menyiapkan ajian pula dengan mempermainkan pedang dengan kecepatan tinggi dan tahu-tahu melayang mengarah ke lawannya. Terjadi benturan amat keras ketika pedang tersebut menebas ke arah pundak pimpinnan gerombolan Gagak Wetan yang memegang trisula, tanpa pikir panjang ia menangkis pedang tersebut dengan trisula yang terbuat dari baja kuat dari tangkai hingga ujung trisula.
Dari benturan senjata tersebut mereka berdua surut ke belakang dengan tetap mempertahankan kuda-kuda agar tidak roboh. Terlihat bahwa keduanya memiliki kekuatan yang seimbang, hanya tergantung daya tahan, kecerdikan dan keberuntungan saja yang akan menentukan hasil akhir pertempuran. Lurah prajurit yang telah berpengalaman dalam olah tempur keprajuritan, nampak sabar dan hati-hati menghadapi lawannya. Sebaliknya pimpinan gerombolan Gagak Wetan seperti ingin cepat-cepat mengalahkan lawannya, sehingga kurang waspada dan kurang berhati-hati. Apalagi merasa lebih kuat, sehingga ia mengandalkan kekuatannya unruk segera menaklukkan lawan. Lurah prajurit banyak menggunakan kelincahannya untuk menghindar dari serangan ajian gagak soro yang sangat ganas menggunakan trisulanya sebagai paruh dan belati kecil sebagai cakar. Pertempuran tersebut benar-benar membingungkan bagi orang yang awam tentang ilmu kanuragan, gerakannya begitu cepat seperti bayangan saja
Gendis yang memperhatikan pertempuran tersebut sedikit was-was, karena dari sisi ilmu kanuragan menurut penilaian Gendis, pimpinan Gagak Wetan selapis lebih tinggi dibanding lurah prajurit, tetapi dari segi emosi lurah prajurit lebih stabil sehingga mampu mengimbangi. Sedang asyiknya mengamati pertempuran antara lurah prajurit dan pimpinan gerombolan Gagak Wetan, terdengar teriakan kesakitan yang meraung, ternyata dua orang yang mengeroyok ibunya roboh dengan dada terbelah oleh sepasang pedang kembar dengan jurus naga elang yang begitu cepat dan lincah, tanpa bisa dibaca arah gerakan pedang tersebut. Gendis hanya menghela nafas dan yakin ibunya akan menyelesaikan lawan-lawannya dengan segera. Kejadian tersebut memang membuat ciut nyali tiga orang yang mengeroyok ibunya
Ketika Gendis kembali memperhatikan pertempuran lurah prajurit dengan pimpinan gerombolan Gagak Wetan, terjadi hal yang mengejutkan. Ternyata pimpinan Gagak Wetan berhasil mendesak lurah prajurit dan pedang ditangan lurah prajurit terpental ketika belati pimpinan gerombolan membentur punggung tangan yang memegang pedang ketika lurah prajurit menebaskan ke arah paha yang terbuka dan ia pun meloncat surut sambil memegangi telapak tangannya yang terasa kesakitan. Keaempatan tersebut digunakan oleh pimpinan gerombolan Gagak Wetan mengejar sambil mengarahkan trisula ke leher lurah prajurit, satu serangan yang mematikan menembus lurah prajurit andai Gendis tidak segera melemparkan pedangnya dengan kekuatan penuh mengenai trisula tersebut, sehingga serangan tersebut terbelokkan dan lurah prajurit berhasil melonjat ke kanan mendekati Gendis.
Bersambung ....
SELAMAT SORE. TETAP SEMANGAT