Cerita Bersambung (CerBung)
PENDEKAR DARI PUNCAK MERAPI (0103)
Oleh: Ki Kusumo P.D.A.J
Memang secara fisik Bapa Anggling sudah cukup berumur, tetapi semangatnya untuk berbagi kemampuan terus berkobar, sehingga kadang lupa akan keterbatasan fisiknya. Kedatangan kedua cucunya menjadikan Bapa Anggling kembali pulih, sehingga sore hari beliau sudah kembali duduk-duduk di pendopo ditemani oleh Ki Joko dan Bapa Jati. Mereka bercerita cukup asyik diselingi canda tawa. Suasana pendopo yang lebih dari satu minggu sunyi, kembali hidup dengan telah pulihnya Bapa Anggling. Sudah menjadi kebiasaan setiap sore selepas menjalankan kegiatan mendampingi para cantrik, Bapa Anggling duduk di pendopo ditemani cantrik senior membicarakan berbagai hal tentang perkembangan perguruan Walang Kinasih. Pendopa juga tidak pernah sepi karena kedatangan tamu-tamu yang memiliki berbagai keperluan untuk bertemu Bapa Anggling.
Hari ini untuk pertama kalinya kedua cucunya menemani dan hal tersebut menjadikan Bapa Anggling menjadi lebih bersemangat. Beliau merasa tidak sendiri lagi setelah ditinggal Nyi Kedasih beberapa bulan lalu, rasa sepi memang sedikit mendera. Harapan cucunya akan menemani ternyata tertunda, karena cucunya harus melihat desa yang dulu ditempati. Sekarang setelah kedua cucunya kembali harapan baru untuk perkembangan perguruan Walang Kinasih kembali berkobar. Harapan selalu menumbuhkan semangat dan dorongan bagi siapa saja yang memiliki. Tanpa harapan tentu hidup menjadi hampa atau tidak berarti. Oleh karena itu, harapan harus selalu ada dan ditumbuhkan, terutana harapan yang dibangun oleh diri sendiri, akan sangat bermanfaat untuk menyemangati hidup pribadi.
Di Kotaraja yang jauh dari desa Kiskendo, telah terjadi keributan ketika rumah Bekel Taruno didatangi sekelompok orang yang mengaku sebagai para pengungsi yang datang mengantri untuk mendapat bantuan dari Bekel Taruno. Mereka mendengar kabar yang tidak jelas sumbernya, bahwa di rumah Bekel Taruno akan diadakan pembagian bantuan bagi para pengungsi akibat letusan gunung Merapi. Mendengar berita tersebut, tentu saja tidak disia-siakan oleh para pengungsi yang tinggal di Kotaraja yang keadaannya memang sangat memprihatinkan. Mereka berdesakan di depan regol menunggu penyaluran bantuan.
Kurangnya perhatian pihak yang berwenang menyebabkan banyak orang terlantar di Kotaraja, mereka berusaha mempertahankan hidup dengan bekerja apa saja. Bahkan karena sulitnya mendapat pekerjaan atau bantuan, mereka berbuat kriminal hanya untuk menyambung hidup diri dan keluarganya
Dalam kondisi seperti itu, maka pihak yang menginginkan kedamaian dan ketentraman menggunakan kesempatan untuk mendorong para pengungsi berpindah ke daerah yang lebih aman dan menjanjikan. Propaganda twrsebut berhasil membawa para pengungsi memiliki harapan baru demi masa depannya, karena tidak mungkin lagi untuk kembali ke tempat asal yang sudah porak poranda terkena letusan dan juga banjir lahar dingin. Di sisi lain pihak berwenang tidak ambil pusing dengan situasi tersebut, mereka masih larut dalam intrik istana. Kedatangan pengungsi menjadi beban dan merepotkan, sehingga ketika ada yang menghasut agar para pengungsi berpindah ke tempat yang baru, mereka pun tidak ambil pusing. Kepentingan mereka adalah jabatan dan kenyamanan hidup, urusan rakyat tidak begitu dipedulikan.
Oleh karena itu, ketika ada pengungsi yang berkumpul di rumah Bekel Taruno tidak ada para punggowo yang peduli.
Pasukan 'telik sandi' yang pro dengan perpindahan telah mengatur sedemikian rupa, dengan memberi bantuan bahan makanan, sekaligus mengajak para pengungsi untuk membangun masa depan dengan berpindah ke lokasi baru, mereka akan mendapat bantuan logistik dan keamanan. Bagi para pengungsi yang tidak ada harapan hidup di Kotaraja, tawaran tersebut merupakan pilihan yang harus segera diambil. Dengan diberikan bantuan dan kemudahan mencari penghidupan, maka semakin banyak pengungsi yang ingin ikut berpindah ke daerah baru.
Bersambung ....
SELAMAT SORE. TETAP SEMANGAT