Cerita Bersambung (CerBung)
PENDEKAR DARI PUNCAK MERAPI (0096)
Oleh: Ki Kusumo P.D.A.J
Setelah dalam posisi meditasi, si kakek berdiri dan mulai melakukan gerakan ilmu kanuragan yang mengejutkan Pandu dan Ningrum. Tidak disangka ternyata si kakek seperti sedang berlatih jurus jurus ilmu kanuragan, dengan gerakan yang lembut dan mematikan di saat juruanya melancarkan serangan. Setiap gerakan dengan jurua tertentu diulang beberapa kali, seperti masih menghafalkan jurus-jurus ilmu kanuragan. Pandu yang memiliki ketajaman dan daya ingat yang tinggi setelah berlatih ilmu pamungkas dengan laku batin yang berat, seperti melihat seorang guru yang melatihkan jurua ilmu kanuragan kepada muridnya. Semua gerakan si kakek langsung tergambar dalam ingatannya. Kemampuan mengingat ini tidak semua orang yang mempelajari ilmu pamungkas perguruan Walang Kinasih mendapatkannya, Ningrum yang telah menguasai ilmu pamungkas dengan sempurna pun tidak memiliki daya ingat seperti Pandu
Mereka berdua terus mengamati si kakek yang nampaknya sedang berlatih ilmu kanuragan yang memiliki jurus-jurus yang dahsyat, tubuhnya meliuk-liuk seperti gerakan ular kobra yang lembut, tetapi tiba-tiba gerakannya lincah dan mematikan. Kadang seperti terbang berputar, lalu menukik dan ketika tangannya menyentuh tanah, lalu melenting bersalto. Sungguh indah gerakannya seperti sebuah tarian maut. Pandu dan Ningrum terus mengamati apa yang dilakukan si kakek di bawah. Pandu dengan cepat dapat menyimpan gerakan ilmu kanuragan si kakek dalam ingatannya, sedangkan Ningrum seperti menikmati gerakan si kakek dan mencoba memadukan gerakan tersebut dengan pedang naga elang yang juga meliuk di udara dan meluncur ke bawah dengan kedua pedang siap menembus lawan. Mereka berdua mengagumi gerakan si kakek dan masing-masing memiliki pikiran berbeda tentang makna gerakqn tersebut bagi dirinya.
Selesai memeragakan gerakan ilmu kanuragan dengan jurus-jurus aneh yang membahayakan, si kakek kembali duduk dalam posisi meditasi, lalu setelah selesai langsung ''menggeloyor'' pergi hilang di balik rimbunnya pepohonan hutan. Pandu dan Ningrum saling pandang meresa heran dengan kelakuan si kakek aneh. Kata Pandu: ''Kakek itu .... benar-benar aneh .... datang lalu tidur terus berlatih ilmu kanuragan yang langka dan hebat .... siapa sebenarnya kakek itu?'' Ningrum hanya menjawab singkat: ''Banyak orang aneh di dunia ini .... sebaiknya kita tinggal tidur, kakang!'' Mereka pun berusaha memejamkan mata, tapi pikiran mereka berkecamuk mengulang kembali gerakan ilmu kanuragan si kakek, dan mungkin dibawa dalam mimpi mereka. Tanpa sadar mereka diamati oleh si kakek yang ternyata kembali lagi ke bawah pohon dan tertidur dengan posisi duduk.
Pagi hari Ningrum terbangun dan menggeliat, ketika ia menoleh ke kanan ternyata Pandu sudah tidak ada. Ningrum menengok ke bawah, terlihat Pandu sedang bermeditasi. Ningrum pun duduk bermaksud turun menemui Pandu di bawah, tetapi sebelum turun, terlihat Pandu mulai bergerak dan melakukan gerakan jurua ilmu kamuragan. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Pandu kalau bangun pagi dan setelah membersihkan diri lalu dilanjutkan dengan olah raga dengan melatih jurus-jurusnya. Ketika Ningrum memperhatikan gerakan jurus yang dilakukan oleh Pandu, ia menjadi terheran-heran karena gerakan yang dilakukan adalah gerakan jurus ilmu kanuragan yang diperagakan si kakek aneh semalam. Begitu runtut dan persis sama gerakannya dengan si kakek.
Ningrum pun meloncat turun setelah terheran-heran dengan begitu kuatnya daya ingat Pandu mengikuti gerakan jurus si kakek. Pandu menghentikan gerakannya ketika Ningrum turun dan bertepuk tangan memberi semangat pada Pandu, dan bertanya: ''Bagaimana bisa .... kakang begitu hafal gerakan yang tadi malam dilakukan si kakek?'' Pandu pun menjawab: ''Aku juga tidak mengerti ..... setelah berlatih ilmu pamungkas di lereng Merapi dulu.... begitu mudahnya aku menghafal semua gerakan jurus ilmu kanuragan yang aku lihat.'' Pandu pun mencontohkan ketika bertempur dengan pimpinan perguruan Lowo Asmoro dia dapat menirukan jurus yang dimiliki Lowo Putih.
Pandu pun bersyukur memiliki karunia tersebut, mungkin Sang Hyang Widi menganugerahkan kemampuan tersebut untuk menghadapi tugas panggilan hidupnya mengabdi untuk keadilan dan kedamaian.
Bersambung ....
SELAMAT SORE. TETAP SEMANGAT