Langsung ke konten utama

LONTAR PUSAKA

LONTAR PUSAKA
Serial: Prahara di Merbabu (0001)
Oleh: Ki Kusumo P.D.A.J

Daerah sisi utara gunung Merbabu di sekitar hutan Kopeng merupakan daerah yang sejuk dan kawasannya masih sangat sepi. Banyak hewan buas yang berkeliaran di wilayah itu, seperti  harimau, ular, anjing hutan dan juga monyet. Gunung Merbabu bukan gunung berapi yang aktif, sehingga sampai puncaknya pun banyak ditumbuhi pepohonan besar yang menjadi penahan air di kala hujan, sehingga sumbet-sumber air di lereng-lerengnya menjadi tujuan hewan yang ada di wilayah itu untuk mendapat asupan air. Pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi menjadikan suara angin yang menerpa pepohon seperti mengeluarkan desisan panjang yang menanbah suasana semakin tentram. Sebagai gunung yang tidak aktif, gunung Merbabu bak penjaga yang membentengi bagian utara gunung  Merbabu dari garangnya gunung Merapi yang ada di sebelah selatan, yang hampir setiap periode tertentu mengeluarkan letusan yang kadang cukup dahsyat dengan memuntahkan berbagai material panas,  berupa batu, pasir dan abu panas. Selain itu,  luncuran 'wedus gembel' yang menyertai lahar panas yang meluncur dari puncak Merapi, merupakan asap dengan udara panas yang dapat membahayakan apa saja yang dilewati. Merapi Merbabu adalah dua gunung yang menjulang tinggi di tengah pulau Jawa, bila cuaca cerah, dilihat dari kejauhan seperti dua raksasa yang muncul dari permukaan bumi.

Di antara tebing yang curam yang dari kejauhan seperti susunan batu berlapis yang menjulang tinggi, terdapat banyak gua yang banyak dihuni oleh kelelawar. Setiap menjelang pagi ribuan kelelawar berebut masuk ke dalam gua menghindari datangnya sang surya yang akan menyinarkan semburat kuning di cakrawala, yang membentuk bayangan di rimbunnya pepohonan hutan dengan begitu indah, khas suasana pagi di puncak perbukitan. Terdengar pula suara berbagai jenis burung yang menambah semarak fajar di lereng gunung Merbabu. Dari kejauhan terdengar pula auman harimau dan bunyi lenguhan celeng yang mulai mencari makan di pagi hari.
Sebaliknya kalau pada sore hari menjelang malam dari arah mulut gua akan muncul ribuan kelelawar keluar gua untuk mencari makan setelah selama siang hari bergelayutan di langit-langit gua menikmati tidur panjang bersembunyi dari terangnya sinar matahari. Suara cuitan kelelawar yang silih berganti membawa ke suasana malam yang sedikit mendirikan bulu kuduk bagi yang mendengar. Juga terdengar suara binatang malam menambah mencekam suasana malam, terlebih suara burung hantu yang masih banyak di wilayah tersebut, disambut pula dengan semilir angin pegunungan yang dingin membuat orang ingin segera beranjak ke pembaringan.

Malam itu di desa Ketanggung di bawah hutan Kopeng telah terjadi penyerangan terhadap rumah pedagang kaya yang memiliki tanah yang luas dengan tanaman padi  dan tanaman palawija. Lurah Somogeni memang saudagar kaya raya yang menguasai perdagangan dari daerah lereng Merbabu sampai pegunungan Telomoyo di sebelah utara. Wilayah ini merupakan daerah perdikan yang tidak terikat dengan kerajaan manapun. Perkembangan penduduk wilayah ini begitu pesat, dikarenakan tanahnya yang subur dan banyaknya sumber-sumber mata air yang mengalirkan air tanpa henti aehingga mampu mengairi tanah persawahan di wilayah tersebut. Selain itu, wilayah tersebut aman dan tentram sehingga penduduk dapat bekerja dan berusaha dengan tenang tidak mendapat gangguan dari gerombolan hitam yang seringkali bertindak onar, melakukan perampokan.. Kepala perdikan juga sangat berwibawa dan memiliki pengaruh kuat di seantero wilayah dan daerah sekitar, meskipun tidak terlalu banyak, pemerintahan perdikan juga memiliki prajurit yang dapat diandalkan mengamankan wilayah. Setiap saat mereka berkeliling wilayah perdikan mengontrol keamanan dan ketentraman warga.

Setelah dikelilingi prajurit perdikan tiga hari yang lalu dan akan kembali mendapat giliran dikunjungi setiap satu minggu kemudian, desa Ketanggung di datangi segerombolan perampok yang dipimpin oleh Suro Branjang. Mereka tahu betul bahwa desa Ketanggung baru akan mendapat giliran dikunjungi prajurit perdikan beberapa hari lagi. Gerombolan tersebut juga sudah menyebarkan mata-mata ke desa Ketanggung dengan cara berjualan dagangan mainan anak, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya. Mereka mengamati rumah dengan halaman luas dan pendopo besar di tengah-tengah. Di bagian belakang terdapat berbagai macam ternak seperti sapi, kambing maupun ayam. Itulah rumah Lurah Somogeni yang akan menjadi sasaran perampikan kali ini. Selain keluarga Lurah Somogeni yang terdiri dari istri dan satu-satunya anak perempuan yang baru menginjak dewasa, biasa dipanggil Kedasih, juga ada beberapa pembantu pria dan wanita yang mengurus rumah. Lurah Somogeni menyewa beberapa pengawal yang berasal dari perguruan silat Bayu Segoro yang memang menyiapkan tenaga sebagai pengawal para saudagar kaya.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Ternyata malam itu nasib malang menimpa keluarga Lurah Somogeni. Segerombokan perampok menyerbu rumah besar di tengah-tengah desa bersenjatakan lengkap dan jumlahnya puluhan. Mereka tersebar di sudut-sudut desa dan telah melumpuhkan peronda di pos pos ronda. Ketika gerombolan perampok tersebut telah mengepung rumah lurah Somogeni, maka pimpinan kelompok bersuit panjang, dan mereka yang mendapat tugas menyerbu, langsung merengsek lewat regol depan dipimpin oleh Suro Branjang, perampok terkenal dari hutan Kopeng gunung Merbabu. Para pengawal Somogeni yang berjaga di gandok terkejut mendengar suara pintu regol yang dibuka paksa, dengan sigap mereka menarik senjata dari sarungnya dan meloncat ke halaman depan pendopo dan sebagian merapat ke pintu rumah utama untuk melindungi tuan rumah. Sebagai pimpinan penjaga yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarga Somogeni, maka  Dipo Karang segera memerintahkan anak buahnya menyongsong perampok yang masuk tanpa memberi ampun.

Suro Branjang yang memimpin perampokan itu, langsung di hadang oleh Dipo Karang yang siap dengan pedang kembarnya  terselip diantara kedua sarung di punggungnya. Dipo Karang belum menyiapkan pedangnya, karena yakin akan kemampuan ilmu kanuragannya, dan ingin menjajagi dulu kemampuan lawan. Suro Branjang tidak ingin lama-lama berkekahi, ia fokus untuk merampok mendapatkan harta, maka anak buahnya pun diminta langsung menyerang dengan senjata dan melumpuhkan para penjaga, kalau melawan langsung saja dibunuh. Terjadi perkelahian sengit di halaman rumah Somogeni, jumlah perampok yang cukup banyak, belum lagi yang mengepung, membuat para penjaga kerepotan dan terdesak. Dari belakang rumah, begitu pula kiri kanan rumah, para perampok yang mengepung mulai masuk setelah mendengar suara dentingan senjata. Mereka benar- benar tidak mau membuang-buang waktu, mau segera menyelesaikan dengan melumpuhkan lawan, kemudian mengambil hartanya. Beberapa pengawal mulai bertumbangan satu persatu dengan luka yang cukup serius. Melihat gelagat yang kurang menguntungkan, Dipo Karang mundur dengan satu loncatan melenting, ia mendarat tepat di depan pintu masuk pendopo, dan segera memasang kuda-kuda, menarik nafas panjang serta menyilangkan tangan di dada, mengeluarkan aji pamungkas sepasang pedang bayangan. Di kiri kanan dua orang pengawal melindungi dia.

Ketika melihat gelagat yang  mencurigakan, maka Suro Branjang pun tidak mau kalah, dia pun menyiapkan aji pamungkas lembu sekilan. 
Di sisi lain di belakang rumah anak buah Suro Branjang mulai beraksi dengan melepas sapi dari ikatan, beberapa orang bahkan mulai memanggul kambing dibawa melalui pintu belakang. Anak buah Dipo Karang yang kalah jumlah tidak dapat berbuat banyak, mereka konsentrasi menghadang penyerangan dari depan dan melindungi tuan rumah. 
Perkelahian makin sengit ketika Dipo Karang yang telah mensiagakan aji pamungkas meloncat mengarahkan satu pedangnya ke ulu hati Suro Branjang dan satu pedang di tangan kiri siap menebas. Menghadapi serangan tersebut, Suro Branjang yang yakin dengan aji pamungkas lembu sekilan tidak mundur, tetapi menyongsong serangan itu dengan penuh percaya diri sambil mengangkat golok besarnya siap membelah lawannya. Dipo Karang sedikit terkejut dengan sikap Suro Branjang yang begitu berani dan percaya diri menyongsing tusukan pedang dan tebasan pedang yang sekali ayun dapat melukai lawan dengan fatal. Begitu dekat dan secara bersamaan Dipo Karang menusuk dan mengarahkan pedang tepat di leher Suro Branjang, dan menurut perhitungannya pasti kena dan serangannya dapat menumbangkan lawan. Ternyata perhitungannya keliru, hanya kurang sejengkal kedua pedang tersebut mengenai tubuh Suro Branjang yang menggeliat menghindar sambil mengayunkan goloknya hampir mengenai pundak Dipo Karang kalau dia tidak menghindar ke arah samping. Dipo Karang pun surut  ke belakang sambil merasa heran kenapa  serangannya tidak mengenai sasaran sedikitpun.

Dalam keheranannya terdengar suara Somogeni yang keluar setelah mendengar keributan di luar, ia membawa tombak pendek berdiri di tengah pendopo dikawal tiga orang pengawal dan melihat ke sekeliling. Terlihat wajah marah dengan mata melotot melihat rumahnya didatangi perampok dengan jumlah yang banyak, sedangkan pengawalnya terlihat mulai kewalahan, iapun melangkah keluar ke halaman bermaksud mau melibatkan diri. Namun sebelum melangkah jauh, beberapa orang anak buah Suro Branjang langsung meloncat mengepungnya dan dengan cepat melakukan penyerangan dengan berbagai senjata. Melihat tuannya mendapat serangan dari beberapa perampok, Dipo Karang berteriak meminta anak buahnya memberikan perlindungan lebih rapat. Di saat Dipo Karang berteriak, Suro Branjang nengarahkan goloknya ke arah lambung kanannya, hampir saja serangan itu merobek lambungnya  kalau saja ia tidak menangkis dengan pedangnya. Dua kekuatan beradu, terdengar suara senjata beradu dan terlihat percikan api yang keluar ketika kedua senjata bertemu. Suro Btanjang menarik goloknya dan memutar menusuk ke arah perut, untung Dipo Karang mampu meloncat mundur sambil menangkis serangan tersebut. Terjadi perkelahian yang makin seru antara Suro Branjang dan Dipo Karang.

Bersambung ....
TETAP SEMANGAT BERKREASI

Postingan populer dari blog ini

Lanjutan: Kekuasaan Untuk Rakyat???

Lanjutan: Kekuasaan Untuk Rakyat ??? Bagian ini adalah lanjutan tulisan tentang Kekuasaan untuk rakyat???  yang  pada bagian pertama terdapat 12 tips yang dapat jadi acuan dalam memahami kekuasaan, kelanjutan no. 13 s.d. 30 sbb: 13. Berpura-puralah Menjadi Orang Tolol Untuk Menangkap Orang Tolol. Bermain peran, drama atau sandiwara dalam kehidupan merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari pihak lain. Manusia akan mencari  habitat atau lingkungan yang sepadan, setara atau sama dalam status, hobi, dll. Oleh karena itu, untuk dapat diterima dalam suatu komunitas seseorang harus pandai bermain peran agar hubungan atau pergaulan menjadi nyaman, karena memiliki sesuatu yang sama dengan orang- orang dalam. komunitas tersebut. ''Berpura-pura lah jadi orang tolol, untuk menangkap orang tolol'' adalah istilah yang tepat kalau Anda bermain peran. Dalam hal ini Anda dapat menggali berbagai hal yang Anda butuhkan dari pihak lain tanpa mereka sadar...

Lanjutan: Kekuasaan Untuk Rakyat???

Lanjutan:  Kekuasaan Untuk R akyat ??? Bagian ini kelanjutan dari bagian pertama dan kedua tentang ''Kekuasaan Untuk Rakyat???''  Dalam bagian tiga ini  ada tips no 31 s.d. 44 seperti berikut ini: 31. Jadilah Seperti Uap atau Asap Yang Berbentuk Uap akan selalu menyesuaikan dengan wadah dan arah angin, yang  pada  akhirnya hilang menyatu dengan udara. Namun ada juga orang yang mampu membentuk uap menjadi sesuatu yang menarik, misalnya asap rokok yang disemburkan keluar mulut membentuk  lingkaran, pesawat yang mampu menggunakan asap untuk atraksi yang menarik, dsb. Dalam kehidupan ini ''Jadilah seperti uap atau asap yang berbentuk.'', artinya jadi lah Anda orang yang menarik pihak lain, meskipun hanya sesaat. Hal ini diperlukan karena manusia mudah melupakan suatu peristiwa, gunakan hal tersebut untuk mendapat manfaat meski hanya sekilas. Jangan sia- sia kan hal kecil atau kesempatan yang ada lewat begitu saja, kalau hal tersebut membawa keberuntungan...

Lanjutan: Kekuasaan Untuk Rakyat???

Lanjutan:  Kekuasaan Untuk R akyat ??? Setelah bagian 1, 2, dan 3, ini adalah bagian terakhir tulisan  ""Kekuasaan Untuk Rakyat???'' yang secara keseluruhan ada 56 (lima puluh enam) tips untuk dapat meraih  kekuasaan dan mempertahankannya. Bagian terakhir ini antara lain sbb: 45. Jangan Pernah Terlihat Lebih Baik Dari Atasan Anda Sudah jamaknya kalau pemimpin atau atasan akan  merasa dirinya  lebih baik daripada yang dipimpin atau bawahan. Ini adalah prinsip dasar dalam diri setiap manusia, menjadi yang terbaik dibandingkan orang lain yang statusnya ada di level bawahnya. Kalau Anda tidak tahu, tidak paham dan tidak mengerti hal tersebut, sudah pasti Anda tidak akan mampu bekerjasama dengan atasan atau pimpinan Anda. Padahal kalau level status Anda masih di bawah, maka suka tidak suka, tidak ada pilihan lain kecuali menjalankan tugas dari atasan, meskipun Anda tahu bahwa cara atau petunjuk dalam  menyelesaikan yang diberikan atasan tidak efektif bila di...